Pages

Tito's Weblog on Mobile

Hello, Welcome to Tito's Weblog

My photo
Bogor, Jawa Barat, Indonesia
An undergraduate student in Bogor Agricultural University | Majoring in Computer Science | Writer and Programmer | Readings, Swimming, Travelling, Games, Photography, Music, Art, Movie is My passions.
Showing posts with label Novel. Show all posts
Showing posts with label Novel. Show all posts

99 Cahaya di Langit Eropa - Sejarah Itu Tidak Membosankan

Akhirnya status 'currently reading it' buku ini di akun goodreads saya berakhir. Pada kesempatan libur tanggal merah hari ini (senang sekali dgn hari libur yang jatuh pada hari Senin) saya berhasil menuntaskan membaca novel ini. Bukan karena isi novel ini membosankan, tetapi karena berkurang nya waktu untuk membaca dengan santai. Pertama kali membaca judul dan melihat covernya saja saya langsung tertarik dengan novel ini, ditambah melihat rating dan ulasan yang bagus dari para readers saya jadi bersemangat membelinya.


Cover Depan Novel

Judul       :  99 Cahaya di Langit Eropa, Perjalanan Menapak Jejak Islam di Eropa
Penulis   :  Hanum Salsabiela Rais, Rangga Almahendra
Penerbit :  Gramedia Pustaka Utama
Terbit      :  Cetakan I, Juli 2011, 424 Halaman

Banyak sekali novel - novel yang berisi tentang cerita perjalanan wisata, lengkap dengan perkiraan harga dan tips - tips selama melakukan perjalanan. Sebut saja buku Lonely Planet yang merupakan kitab bagi para backpakers dunia. Di dalam negeri juga ada bukunya The Naked Traveler nya mbak Trinity. Semua novel itu sangat bagus dan jujur saya juga baca dan mengoleksinya. 
Sedikit berbeda dengan novel - novel diatas, Hanum S. Rais menyulap novel perjalanan nya ini sekaligus menjadi buku perjalanan sejarah. Kemampuannya sebagai jurnalis membuat jalan cerita novel mengalir dengan indah. Tanpa sadar kita sudah menulusuri jejak sejarah perkembangan Islam di Eropa tanpa harus mengerutkan dahi seperti membaca buku - buku sejarah yang terkenal tebal - tebal.


Ukuran huruf yg tidak terlalu kecil sehingga mudah dibaca
Biografi Penulis pada halaman belakang novel

------

Aku mengucek - ucek mata. Lukisan Bunda Maria dan Bayi Yesus itu terlihat biasa saja. Jika sedikit lagi hidungku menyentuh permukaan lukisan, alarm di Museum Louvre akan berdering - dering. Aku tidak bisa menemukan apa yang aneh pada lukisan itu. 
"Percaya atau tidak, pinggiran hijab Bunda Maria itu bertahtakan kalimat tauhid Laa Ilaaha Illallah, Hanum" ungkap Marion akhirnya.

Ugolino Lukisan Bunda Maria  Sumber : Wikipedia
----

Hanum pintar menyelipkan sejarah pengaruh kebudayaan Islam di Eropa pada setiap bab novelnya. Contohnya saja kaligrafi Kufic tersemat pada tekstil yang dibawa orang Timur Tengah pasca Perang Salib. Pada hal. 164 novelnya diceritakan hijab yang dipakai Bunda Maria dalam lukisan Virgin and the Child karya Ugolino di Nerio yang dipajang di museum Louvre memuat tulisan Kufic Laa ilaha illallah. Kaligrafi Kufic ini juga muncul pada jubah raja Roger II of Sicily, raja yang memerintah Sisilia pada abad 12.

Pada novel ini sobat akan menemukan bahwa Eropa tidak hanya sekedar Menara Eiffel ataupun Colosseum di Roma. Jauh lebih... sungguh banyak lebih banyak daripada itu. Banyak tempat bersejarah khususnya yang menyimpan cerita keharmonisan antara agama dan ilmu pengetahuan, cerita tentang kekhalifahan Ottoman di Turki, sejarah sebuah Gereja yang berubah menjadi sebuah Mesjid, sejarah Axe historique yang ternayta jika diteruskan merupakan arah kiblat, bahkan sejarah asal usul roti Croissant dan kopi Cappucino. Banyak sejarah yang diselipkan oleh Hanum tetapi pembaca tidak merasa seperti membaca buku sejarah.


Photo tempat bersejarah di Eropa


Pada akhir novel juga diberikan beberapa photo tempat - tempat bersejarah yang diceritakan selama perjalanan. Karena rasa penasaran saya, saya juga sempat meng-googling sendiri lokasi - lokasi sejarah yang diceritakan oleh mbak Hanum didalam novel ini. Sungguh betapa harmonisnya peradaban Islam dan Eropa di beberapa abad lalu.

1. Mezquita, Cordoba, Spanyol. Mesjid yang berubah fungsi menjadi sebuah Gereja.








3. Haghia Sophia, Istanbul, Turki.  Gereja yang berubah fungsi menjadi Masjid.




4.  Blue Mosque, Turki



Sampai selesai halaman terakhir dibaca, saya sangat puas dan tidak merasa rugi membaca novel ini. 5 bintang saya berikan di goodreads untuk novel ini. Saya yang tidak tahu menahu tentang sejarah Islam di Eropa, sekarang tahu betapa besarnya Islam dulu di Eropa. Sampai -sampai saya tertarik meng-googling apakah benar yang ditulis oleh mbak Hanum. Ini menjadi ilmu baru bagi saya, terbukti novel tidak selalu berpengaruh buruk dengan ceritanya yang hanya seputar percintaan remaja.

Selamat Membaca - Jangan lupa beli novel aslinya ya sobat. Say no to Piracy !!!

Rumah Sakit Malas - Ide Kapan Datangnya???

Agak berat memang untuk memulai lagi, setelah memutuskan untuk istirahat dan santai sejenak. Itulah yang ada dikepala saya 5 hari yang lalu, berencana untuk refreshing dan sedikit menjauh dari komputer. Jurusan Ilmu Komputer yang saya pilih mentakdirkan saya untuk 24 jam sehari, 7 hari seminggu didepan komputer (hahaha lebay sih, sisanya sebenarnya maen game sama chatting online...). Makanya terhitung dari hari jumat kemarin saya mengurangi kegiatan didepan komputer, perbanyak jalan2, keliling, muter, pokoknya ga duduk aja depan komputer. Dan jadilah masalah update mengupdate blog tertunda lagi.

my life is my keyboard.

Membuka komputer sesekali, untuk cek email dari dosen dan memoderasi komentar di blog. Gatal rasanya ingin membuat tulisan baru, untuk menanggapi komen2 yang ada. Atau sekedar blogwalking dan kasih komentar sok tahu di tempat sobat - sobat blogger (hehehhe). Tapi, ga tau kenapa tiba - tiba jadi ga bisa nulis, hasrat untuk menulis pun tak ada. Akibatnya beralih lah halaman dashboard di blogspot menjadi layar putih biru di facebook, ditambah dengan page longue di kaskus.

Bosen online saya mencoba kembali menlanjutkan reading novel Ranah 3 Warna (R3W) yang juga belum selesai, sesekali diselingi melihat paper dan jurnal dari ibu dosen pembimbing yang harus saya telusuri. Bab demi bab dari novel Ranah 3 Warna saya libas, dan akhirnya sampai juga di tengah - tengah buku. Halaman selanjutnya sudah ganti bab baru lagi, dengan semangat saya buka halaman tadi agar bisa melihat judul bab selanjutnya. Dengan font huruf yang lebih besar dan tebal, tertulis judul bab itu "Rumah Sakit Malas"

Yuupss, disini tokoh utama novel R3W ( Alif ) juga sama seperti saya, sedang terkena sebuah penyakit akut nan menular yang senantiasa hinggap di mahasiswa2 tingkat akhir seperti saya. Nama penyakit yang berbahaya ini adalah "M.A.L.A.S". . Alif sebagai mahasiswa perantauan harus berjuang menutupi biaya hidup dan kuliah di Bandung, dengan bakatnya yang suka menulis dia mencoba mengadu nasib sebagai penulis di koran - koran lokal dan nasional. Tetapi entah mengapa seminggu ini tidak ada ide yang muncul dikepalanya, hasratnya untuk menulis pun hilang, padahal kalau dia tidak menyetorkan tulisan ke redaksi koran maka dia tidak akan mendapatkan jatah makan minggu depan. Alif pun memutuskan untuk menemui senior sekaligus tutornya dalam dunia tulis menulis "Bang Togar", dia akan bertanya kepada bang Togar apa obat dari semua penyakitnya ini. Berikut saya petik pembicaraan yang terjadi di bab tersebut:

Alif : "Bang, pernah ga tiba - tiba ga bisa nulis?"
Bang Togar : "Pernah, tapi jarang sekali. Kenapa kau lg malas ya?"
Alif : "Ga malas sih, tapi ga bisa nulis seminggu ini.."
Bang Togar : "Sama saja itu, artinya kau malas. Jgan bnyak alasan-lah."
Alif : "Bukan malas bang, tapi aku kehilangan semangat, ide, dan muak menulis."
Bang Togar : "Itu tetap bagian dari malas, mana ada orang rajin kehilangan semangat dan muak "

Singkat cerita, Bang Togar mengajak Alif berobat ke rumah sakit untuk mengobati sakitnya. Dan dengan penuh kebingungan Alif mengikuti ajakan seniornya itu. Dalam hati Alif bertanya, "memang ada rumah sakit untuk orang malas". Rumah Sakit Malas seperti apa yang di maksudkan oleh bang Togar??
Rumah Sakit Malas..
Ternyata, setelah melakukan perjalanan mengelilingi Kota Bandung, mereka tiba di pinggiran kota. Mereka memasuki daerah pemukiman kumuh di kota Bandung, kotor, sungai hitam dihiasi limbah - limbah rumah tangga, tumpukan sampah disana - sini bersebelahan dengan rumah yang terbuat dari seng dan kardus bekas. Lalat - lalat hijau gemuk berterbangan mengelilingi kepala Alif. Dia bingung kenapa bang Togar mengajaknya kemari, yang dilihatnya hanyalah parade penduduk miskin yang mempertontonkan kehidupan mereka kepada Alif. Pria - pria dewasa dan remaja tanggung sibuk hilir mudik membawa besi yang ujungnya telah dibengkokkan, di ujung sungai kaum wanita sibuk menyuci, ada yang mandi, dan ada yang buang hajat.

Usut punya usut, akhirnya Alif mengerti kenapa dibawa ketempat ini. Disini bang Togar kembali memompa semangat Alif yang telah kendor, bak di suntikan adrenalin ke tubuhnya, semangat Alif kembali menyala dan berkobar. Tempat kumuh ini disebut bang Togar Rumah Sakit Malas, karena disini kita bisa melecut atau memarahi diri kita sendiri. Buat apa malas, kenapa harus malas, dan TAK PANTAS malas. Kita sebagai mahasiswa walaupun hidup jauh dari orang tua, makan pas - pasan, tapi masih bisa merasakan nikmatnya kuliah, menimba ilmu, bertemu teman - teman, tinggal di kosan yang utuh berdinding bata. Untuk apa mengasihani diri sendiri dengan sifat malas, toh sekarang di depan mata ada sekumpulan orang yang nasibnya jauh lebih menderita di depan kita. Kita yang masih hidup "enak" ini tak pantas untuk berMalas-malasan.
Sehabis membaca satu Bab ini, saya merasa tersindir. Saya seperti menjadi Alif yang sedang dinasehati oleh bang Togar. Kenapa harus malas, padahal semua fasilitas yang saya perlukan tersedia. Yah walaupun tidak mewah, tapi nasib saya masih beruntung bisa merasakan bangku kuliah. Saya harus buang jauh - jauh sifat malas ini. Akhirnya hari ini saya kembali ke depan komputer, duduk dan mulai menyelesaikan apa yang sudah saya mulai. Tadi pagi saya buka - buka komen di blog, telusuri link - link nya. Mulai mengunjungi lagi rumah sahabat - sahabat yang sudah meninggalkan jejak disini. Semangat saya untuk ngeBlog sudah kembali, tapi tetap "ide" itu belum kunjung tiba. Akhirnya saya memutuskan untuk jalan - jalan lagi ke rumah sahabat - sahabat yang lain.

Kemana kau ide, knapa tak kunjung datang??

Ada beberapa nasehat dari sahabat yang saya dapat ketika silaturahmi dan blogwalking, sahabat ini dengan sabar (paksaan, hehehe) memotivasi saya untuk segera membuat sebuah postingan baru. Saya sangat suka dengan kata2nya yang membuat saya mendapatkan sedikit pencerahan untuk postingan baru. Begini kira - kira "Jangan pernah nyari - nyari alasan buat satu hal yang lo sukain, klo memang lo stuck, ide buntu, Ya sekedar say hello aja apa salahnya? Hidup lo terlalu berharga klo cuma buat lo lewatin aja. Di bagi donk kisah2 menarik lo..." (yang merasa ngasih nasehat, ayo ngacung!!! Hahhha...)

Dan setelah membaca nasehat itu, saya langsung berjanji untuk membuat sebuah postingan baru sore ini. Dan alhamdulillah, tulisan ini adalah bukti klo saya telah menepati janji untuk membuat postingan hari ini. Terimakasih ya "Chub" buat masukannya. hahhaha #noOffense. Dan semoga sobat blogger yang lain bisa menikmati tulisan ini. Happy Blogging then....

Ranah 3 Warna - Man Shabara Zhafira

Udah lama nih ga nulis resensi novel lagi, terakhir itu kalau ga salah tentang novel Negeri Van Oranje. Nah mumpung masih segar dan masih currently reading di goodreads[dot]com, saya mau ngebuat resensi tentang novel Ranah 3 Warna karangan Ahmad Fuadi. Walaupun sedikit telat karena novel ini perdana terbit tanggal 23 Januari 2011 kemaren dan seingat saya sudah ada beberapa sobat blogger yang duluan membuat postingan ini, saya tetap akan membuat resensinya dengan versi saya. Selain itu postingan ini juga saya buat sebagai janji kepada Uni NillaGustian, yang tadi siang minta reviewnya di FB.

Novel Ranah 3 Warna adalah buku ke dua dari trilogi Negeri 5 Menara (pada tau kan novel  ini menjadi best seller di tahun 2010, dan sudah dicetak sebanyak 150.000 eksemplar), tapi jangan khawatir jika membaca Ranah 3 Warna langsung pun kita masih bisa mengikuti alur ceritanya. Novel ini  terdiri dari 51 bab cerita dengan halaman berjumlah 473 halaman. Secara resmi diluncurkan dipasaran pada tanggal 23 Januari kemaren. 



Di buku kedua ini setting ceritanya tidak lah lagi didalam pesantren seperti pada buku pertama. Sang tokoh utama "Alif" kini telah lulus dari pondok pesantren di Jawa, dan berusaha mengejar ketertinggalannya untuk bisa mengikuti UMPTN - Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negara, padahal selama 4 tahun di pondok pesantren dia tidak pernah (sedikit sekali ) mendapatkan pelajaran umum seperti fisika, kimia, biologi. Padahal cita - citanya adalah bisa kuliah di Institut Teknologi di Bandung seperti Habibie lalu bisa merantau hingga Amerika.

Dengan semangat menggelegak Alif pulang ke kampung halamannya di Maninjau dan tak sabar ingin segera kuliah. Namun kawan karibnya Randai, meragukan Alif mampu lulus UMPTN karena Alif tidak mempunyai ijazah SMA, pondok pesantren tidak mengeluarkan ijazah yang setara dengan ijazah SMA sebagai syarat pendaftaran UMPTN. Banyak keluarga dan sahabat karibnya yang meragukan cita - cita Alif untuk lulus tembus UMPTN, tetapi terinspirasi dengan semangat tim dinamit Denmark pada Piala Eropa tahun 1992 yang mampu mengalahkan tim Panser Jerman. Alif berhasil melewati UMPTN mengalahkan ratusan ribu tamatan SMA lainnya dan diterima di salah satu Universitas di Bandung.

Tetapi perjalanan Alif tidaklah mulus, cobaan dan rintangan datang silih berganti, sampai kapan dia harus bertahan, teguh bersabar menghadapi semua cobaan hidup, hampir saja dia menyerah kepada nasib. Ternyata bekal nasihat "man jadda wajada" yang didapatnya di pondok pesantren belum bisa mententramkan jiwanya, dan akhirnya dia teringat nasihat lainnya yang diajarkan di pondok pesantren yaitu, "Man Shabara Zhafira". Siapa yang bersabar akan beruntung. Berbekal dua nasihat ini Alif terus menyonsong badai hidup yang menerpanya.

Hingga akhirnya Alif bisa mencapai cita -cita nya dulu untuk sekolah ke luar negeri. Ranah 3 Warna mencerminkan representrasi dari perantauan Alif ke tiga tempat yang berbeda. Jadi tempat pertama adalah Bandung atau Indonesia kalo di kover bukunya itu digambar dengan rumput hijau. Lalu Kemudian ada setting  kedua di Yordania yang digambarkan dalam kovernya dalam bentuk pasir dan ada setting ketiga yaitu Kanada yang digambarkan dengan daun Mekel. Itu merupakan 3 perantauan Alif yang kemudian penuh warna warni sehingga menjadi jalur tanah 3 warna

Bandung - Yaman - Kanada

Bonus Pembatas Buku

Karikatur Peta Bandung - Yaman

Karikatur peta Kanada

Bagaimana nasib Alif selanjutnya, apa hubungan Alif dengan Obelix, orang Indian, Michael Jordan, dan Ksatria Berpantun?? Ranah 3 Warna adalah hikayat tentang bagaimana impian tetap wajib dibela habis - habisan walau hidup digelung nestapa tak berkesudahan, Tuhan sungguh bersama orang - orang sabar.

Kalau penasaran silahkan baca sendiri, karena sejauh ini saya beri rate **** (4 bintang buku ini di goodreads[dot]com. ). Happy reading sob, salam Tito's Weblog. Wassalam...


 

Negeri Van Oranje - Nasionalisme itu banyak caranya.

Dua minggu kuliah terakhir  sebelum liburan Hari Raya Idul Fitri. Kegiatan perkuliahan pun sudah berjalan seperti biasa. Kesibukan di kampus, praktikum di laboratorium, sampai membuat tugas laporan pkl bulan kemarin yang deadline-nya sudah dekat. Mengisi kegiatan sehari – hari sebagain besar mahasiswa di kampus rakyat. Di sela – sela kesibukan tersebut, rasa rindu untuk menulis sebuah artkel atau blogwalking ke blog sahabat, dan membalas komentar – komentar menarik sulit untuk dihindari. Dengan mencuri waktu istarahat malam ini, saya memutuskan untuk menulis review sebuah novel. Sebenarnya novel ini sudah lama saya beli, tapi baru selesai dibaca minggu kemaren (17/08/2010).
 

Followers

My Goodreads Books

Remarchtito's bookshelf: read

Membangun Web Berbasis PHP Dgn Framework CodeIgniter
Galau Remaja di SMA
Un giorno, viaggiando... The Lonely Planet story
JJS: Jalan-Jalan Seram!
Drakuli Kuper
Dari Jendela SMP
Interview With The Nyamuk
Lupus Returns : Cewek Junkies
Belenggu
Rumpi Kala Hujan
Topi-topi Centil
Yang Paling Oke
Cinta Olimpiade
Lupus: Sendal Jepit
Bangun dong, Lupus!
Tragedi Sinemata
Kutukan Bintik Merah
Makhluk Manis dalam Bis
The Lost Boy: Salah Culik
Lupus Kecil


Remarchtito's favorite books »
}