Sedih dari siang ngebaca timeline di berita - berita Metro TV dan Viva News. Mahasiswa mulai melakukan aksi demonstrasi menolak kenaikan harga BBM, yang lebih hebatnya lagi ini sampai harus terlibat bentrok dengan aparat keamanan. Tidak terjadi di ibu kota saja, serentak di beberapa daerah di Indonesia juga terjadi demonstrasi serupa. Mungkin 4 tahun lalu, ketika masih di tingkat satu dan masih baru - baru nya menyandang gelar mahasiswa. Hal ini merupakan suatu kehormatan, maju bak pahlawan ke medan perang melawan para penjahat.
Kenangan waktu muda dulu... *demo pertama dan terakhir yg saya ikuti |
Seiring waktu memasuki tahun - tahun berikutnya di kampus, ikut demonstrasi tidak lagi menjadi antusiasme bagi saya. Ada tanda tanya besar dalam hati ini, sampai kapan saya harus berjuang dengan cara seperti ini. Kita semua tahu, harga minyak dunia akan terus menaik. Dan pemerintah kita pun harus menyesuaikan semua itu dengan kondisi di dalam negeri. Jadi, apakah setiap kali harga BBM naik saya harus turun kejalan untuk berdemo???? Misalkan, dalam 1 tahun terjadi 2x kenaikan harga BBM. Berarti saya harus siap untuk 8 (2 x 4th) kali melakukan demonstrasi ke jalan. Itu baru isu BBM, belum lagi isu - isu lainnya seperti korupsi. Bisa - bisa saya lulus dengan double major, pertama sarjana komputer dan kedua sarjana demonstrasi.
Selain itu, ingatkah kita apa amanah orang tua kita ketika mereka merelakan anaknya untuk pergi merantau kuliah jauh dari rumah?? Mencari ilmu bukan mencari mati... Saya yakin, kalau kita sudah punya banyak ILMU dan ATTITUDE, pasti bisa MEMPERBAIKI negara. Ketimbang koar - koar teriak membela rakyat sewaktu demo, tapi merusak prasana umum yang notabane nya buat kepentingan rakyat, #GAK LOGIS.
Tetapi sobat, bukan berarti menjadi mahasiswa yang juga seorang aktivis adalah pilihan yang #nonsense. Saya akui 2 tahun terakhir menjadi mahasiswa, saya ikut aktif menjadi seorang aktivis. Banyak kegiatan di BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) yang bisa membantu rakyat dengan cara - cara yang lebih scientist. Jadi bukan berarti anak BEM/aktivis = tukang demo. Dan demonstran pun bukan lah orang - orang anarkis, cuma mereka adalah orang yang berani menyuarakan aspirasinya secara "langsung" ... Ingat ya sobat !!!
Sumber: Vivanews.com |
Sumber: Vivanews.com |
Menyuarakan aspirasi secara langsung pun ada tata caranya, bukan dengan kekerasan dan tindakan kebrutalan. Jangan mudah terpancing emosi dan termakan provokasi. Banyak sebenarnya dari para demonstran bukan lah MAHASISWA, melainkan orang - orang yang ditempatkan oleh oknum tertentu dengan maksud tertentu. Jadi, mahasiswa itu pake otak, bukan pake otot. Ga keren kok klo tauran, ga dibilang pahlawan juga klo mati ditempat. Cuma euphoria bodoh sesaat. *trust me. Seperti meminjam kata - kata bang Najmi Anniro.
Tidak semua polisi melakukan KEKERASAN dan tidak semua pelaku demo bertindak ANARKIS
Terkadang tidak bisa juga menyalahkan para aparat keamanan yang melakukan kekerasan karena para demonstran yang bertindak anarkis. Hasil nya adalah kekacauan, tidak bisa dibedakan yang mana yang BENAR - BENAR mahasiswa mana yang PROVOKATOR.
Sumber: Vivanews.com |
Sumber: Vivanews.com |
Sumber: Vivanews.com |
Sumber: Vivanews.com |
Sumber: Vivanews.com |
Apakah kita sebagai "MAHA"siswa akan melakukan tindakan bodoh seperti gambar diatas. Berjuang untuk rakyat, yang belum jelas rakyat mana ada apa yang diperjuangkan. Cara kekerasan dan tindakan anarkis seperti bar-barian kah yang harus ditempuh???
Jadi, buat sobat - sobat yang baru saja memasuki dunia perkuliahan dan masih merasakan euphoria menjadi mahasiswa, mari lah bijak memilih jalan mana yang akan kita pilih. Jangan cuma ikut2an saja, tapi pahami esensi dari tindakan yang kita ambil.