Apa kabar semua sahabat Tito's Weblog, semoga selalu sehat hingga Bulan Suci Ramadhan tiba. (Hehhehe, jadi kemana - mana). Setelah 5 hari disibukkan dengan kegiatan registrasi ulang di Kampus, tangan udah gatal nih mau nulis sebuah postingan. Dan diputuskan postingan kedua di bulan Agustus ini tentang Redenominasi. Apa itu Redenominasi, lebih jelasnya silahkan kunjungi blog sahabat yang satu ini.
Saya tertarik dengan Redenominasi karena isu ini sedang hangat di beritakan selain wacana pemindahan Ibu kota NKRI. Jadi, penyederhanaan sebutan satuan harga atau nilai mata uang (Redenominsi) di gagas oleh Bank Indonesia karena mata uang Rupiah sudah seperti 'sampah'. Pecahannya sudah terlalu besar. Kalau hitungannya besar, angkanya tidak muat lagi di kalkulator. Indonesia menjadi negara dengan pecahan mata uang terbesar ke-dua di dunia yatiu (Rp. 100.000) setelah Vietnam (500.000 dong) .
Pecahan uang Rp. 100.000 |
Secara ringkasnya seperti ini, BI misalnya akan menghilangkan tiga angka nol (.000) seperti Rp. 100.000 menjadi Rp. 100 tanpa mengurangi nilai mata uang tersebut. Jadi kita membeli satu unit mobil yang tadinya seharga Rp. 100.000.000 hanya dengan selembar uang Rp. 100.000. Wah assiikk bukan sahabat. :-D
Jadi kita membeli satu unit mobil yang tadinya seharga Rp. 100.000.000 hanya dengan selembar uang Rp. 100.000
Selain itu banyak keuntungan dari Redenominasi ini, misalnya Ekonomi lebih efisien, Administrasi perbankan lebih simpel, Harga - harga dalam nominal kecil, Dompet lebih ringan (tapi jadi banyak uang receh donk, hihihi). Dengan satuan uang yang lebih kecil, jumlah uang menjadi lebih sedikit, sehingga biaya percetakan pun akan berkurang, dan dimasa depan lebih efisien. Selain itu juga bergengsi sahabat, kalau US$1 setara dengan Rp. 9, kesannya mata uang kita kuat kan. Oh iya ada dua negara yang sudah terlebih dahulu melakukan redenominasi yaitu Turki dan Rumania, mereka sekarang menuai hasil positif dari redenominasi.
Kalau jadi, Redenominasi direncanakan akan dilaksanakan pada 2013 nanti. Nah sahabat bagaimana, setujukah dengan usulan BI ini. Silahkan berikan komentar sahabat di bawah ya.. Di tunggu loh.. :-D. Have a nice blogging. Salam Tito's Weblog
25 Komentar:
aku bukan orang Ekonomi sih Sob.. cuma aku sendiri malah ngerasa itu bukan jalan keluar yg baik... soalnya biarpun nantinya jadi lebih sederhana cuma .... kasian juga masyarakat menengah kebawah... yg buat mereka nilai 1000 itu cukup berarti... kan ga lucu klo tau2 jadi 1 Rupiah ........
Semangat n happy blogging Sob...
hehe..tar naek angkot ongkosnya jadi Rp.1,-
kalo aku sih kurang setuju. ribet. misalnya kita mau beli gorengan yg biasanya harganya gopek. kalo redenominasi diberlakuin jadinya gini dong. "bang beli tahu satu Rp 0.5 (setengah) kan harganya?" hahaha
@ferdinan: iya sih, tapi kan orang kaya juga uangnya yang 100 juta jadi seratus ribu.. adil kan,, hehe
klo q sich setuju2 aja asal tdk membingungkan..
melakukan segala sesuatu yg besar memang ada resiko-nya tp jika bisa d tanggulangi akan menjadi sesuatu yg hebat.. mungkin bisa merubah sesuatu secara drastis
kita lihat dan tunggu aja apa dampak dari redenominasi
hehehehhee... beli mobil dengan selembar Rp100.000 mau banget!!
@thya: kan ntar ada 50 cent... kita kembali maen uang koin.. wkwkwk
it's olrait, kan cuman penyederhanaan, nilainya sama dan bukan pemotongan mata uang karena inflasi :)
Bila untuk kebaikan bersama bangsa ini, silahkan saja. Namun biasanya untuk tahap awal akan menimbulkan reaksi pro dan kontra.
asik deh kalo uang cent muncul lagi di indonesia ,hehe
aku udh follow back sob :)
untuk suatu kemajuan, memang harus ada perubahan, dan semua itu pasti ada efeknya baik positif maupun negatif,...apalagi menyangkut hal yg tdk sederhana spt redenominasi, itu kan cm sebuah proses. tdk pa-pa asalkan tujuan akhir tercapai. okay,tq....
tito..omongannya berat.. ekonomi bow..
:P
Yang susah kalau mau kerokan mas :D
biasanya kan koin 200 rupiah tuh, apa nanti juga ganti pake koin 0.2 rupiah? apa nggak susah megangnya ? ka ka ka ! [kidding : on]
Oke-oke aja sih, toh tidak mengurangi nilai uangnya. Sebenernya, selama kebijakan yang diambil itu positif dan ga merugikan masyarakat, ya didukung aja. Walaupun mungkin pada awal pelaksanaannya agak ribet... :D
saya masih mikir2
apakah setelah meredenominasi mata uang rupiah tidak bakal terjadi kekacauan?
karena yang paling ditakutkan adalah masyarakat panic dan menukar rupiah ke Dollar sehingga terjadi inflasi besar2an
jadi kendala juga dums kalo inflasi besar2an :D
saya tidak menoLak redenominasi, tapi kaLau upah pekerja (UMR) masih daLam niLai nominaL ratusan ribu atau juta rupian (seperti semuLa).
mengenai request Link sudah saya reaLisasikan. terima kasih.
Hai, tukeran link yok!!
link kamu sdh terpasang rapi di blogku, silahkan di cek :D
kayaknya sama saja sih, malah bisa buat kisruh yang akhirnya buat bingung masyarakat lagi.....
woke sob, trims :D
Bwahaha. Mau banget beli mobil dengan duit Rp 100.000, tapi di tahun ini aja yah? Hehe, soalnya di tahun mendatang tentu 100rb nilainya uda gak sama lagi dg 100rb yg sekarang :P
Kalau pendapatku, aku setuju dengan redominasi rupiah ini. Cz nilainya juga sama saja kan. Tapi tentu atmosfernya pasti berbeda nantinya, tinggal membiasakan diri saja :)
Btw, ijin jadi follower yah :)
Salam kenal..
kl sy sih stuju2 sj sob, lagian mmg nominal uang kita gede banget, kl bule luar ngeri ga tau ya kaget blanja di indonesia, haha, bandingkan sj dengan dollar, 1$ = Rp.9.200,00 , hitung aja beda nol diblakangnya, wkwkwkwk ...
nh berita yg lg rame kmarin....
sebenarnya sekarang aj sdh sering kita ucapkan saat membeli barang,seperti baju yg hrganya 50rb..biasanya dikatakan hnya 50..
saya bukannya gak setuju sob...agak ragu aja...coba bayangin, kalo misalnya di terapkan seperti itu, gimana nasib para pedagang/pengusaha or lain2 yg udah membuat sebuah promosi dgn nilai skrg...pasti ribet bgt....kalo ada solusi yg lebih baik, ya knp nggak..
bs bikin keributan baru nantinya,
alias pro dn kontra....
aku sih cm dukung yg baiknya aja deh...
kalo saya setuju bangettt soalnya nanti kalo mau ngitung currency rupiah ke mata uang asing jd lebih gampang, gak ribet 0-nya. biar kesannya rupiahnya lebih 'mahal'. kalo masalah uang gorengan yg aslinya Rp500 gak usah bingung, bilang aja 50 sen, kan di negara lain yg 0-nya sedikit jg begitu bilangnya :-) kalo urusan ribet, nanti kan ada masa transisinya, jadi harga aslinya Rp 100.000 (lama), nah di label harganya ditulis 2 harga: Rp 100.000 (lama) Rp 100 (baru). begitu... hehehe hanya pendapat saja :-)
Post a Comment